Senin, 13 Desember 2010
Petruk Dadi Ratu.......
Sebagai salah satu punakawan di mayapada, Petruk selalu "melayani" bendaranya yang merupakan Raja atau Ksatria. Menjadi seorang pengabdi, dan itulah tugas "agung" dan "mulia"nya. Dirinya hanya bisa tersenyum kecut dan melancarkan protes ringan ketika bendaranya menyimpang dan melakukan tindakan di luar nalar. Dan itulah peran Petruk walaupun kesaktiannya tidak bisa ditandingi oleh bendaranya.
Berbeda dengan Gareng yang cenderung meledak ledak ketika melihat ketimpangan ataupun Bagong yang cenderung cuek, seenaknya dan terkadang tanpa tata krama walaupun jujur, Petruk lebih realistis dalam menyikapi ketimpangan tersebut.
Singkat kata, karena sudah tidak tahan lagi, Petruk menjelma menjadi Raja dan bergelar Prabu Kanthong Bolong. Petruk menabrak semua tatanan yang telah menjadi "main stream" model kekuasaan di mayapada. Dia menjungkirbalikkan anggapan umum bahwa Penguasa bisa bertindak semaunya, bahwa Penguasa punya hak penuh untuk berlaku adil maupun tidak.
Karuan saja ulah Prabu Kanthong Bolong sangat meresahkan dewa di khayangan maupun raja di mayapada. Kawah candradimuka bergejolak sebagai tanda bahwa telah terjadi "ontran ontran" yang membahayakan kekuasaan absolut dari para dewa dan raja yang telah berkuasa sebelumnya. Persekutuanpun terbentuk untuk memberangus dan menghentikan suara sumbang yang mengganggu kenyamanan atas kemapanan yang sudah ada.
Hasilnya? semua gagal total....Bukannya Prabu Kanthong Bolong yang hancur, tetapi persekutuan dewa dan raja itu dibuatnya kalang kabut dan babak belur dengan kesaktian Prabu Kanthong Bolong.
Kejadian semakin semrawut, hingga akhirnya Semar Badranaya turun tangan. "ngger......anakku Petruk, cukup le....Jangan kau kira aku tidak mengenalimu"....."hentikan ngger!!! apa yang kau cari? apakah kau merasa hina dengan menjadi kawula alit? apakah kau merasa terhormat menjadi seorang raja?...sadarlah ngger....jadilah dirimu sendiri...."
Akhirnya Prabu Kanthong Bolong berubah menjadi Petruk lagi dan berlutut di hadapan semar....Dia sudah bertekad menjadi punakawan abadi dan cukup baginya memberi pelajaran terhadap kemapanan yang telah ada. Baginya kemuliaan tidak terletak pada status sosial saja, pengabdian yang tulus tanpa pamrih menjadi salah satu jalan baginya meraih kemuliaan itu sendiri......
...mingkar mingkuring angkara......
...akaranan karnan mardi siwi......
...sinawung resmining kidung.......
...sinuba sinukarta................
...mrih ketarta pakertining ngelmu luhung....
...tumraping tanah jawa............
...agama ageming aji............... (pupuh Pangkur)
why nug 01.10 wib......dari berbagai sumber....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ijin share ya......
BalasHapusSaya share di
BalasHapushttp://kawospahin.blogspot.com/2012/05/petruk-jadi-raja.html
Maturnuwun